Senin, 08 September 2008

Membangun Peradaban

Muhammad Luthfie
(Alumni FOSI FP)


Pada kenyataannya, untuk membangun peradaban, kita memang harus berpikir lebih besar, menembus tempurung-tempurung otak kita, menciptakan sesuatu yang belum pernah terpikirkan oleh orang lain. Sangat tidak produktif apabila detik-detik yang mahal ini habis untuk membangun pepesan kosong kehidupan, lenyap untuk hal-hal yang tidak substansi.

Pada saatnya, orang-orang luar biasa akan tampak bersinar, jelas karya-karyanya, terpancar keikhlasannya. Orang-orang luar biasa berhasil menutup kesalahan-kesalahan besarnya dengan kebermanfaatan yang jauh lebih besar untuk dunia. Nafasnya yang tersisa diniatkan untuk hidup di garis perjuangan, sampai kematian mulia menjemputnya.

Jangan sia-siakan nyawa yang telah Allah swt berikan pada kita. Hiduplah dengan ruh semangat yang bergelora, jadikan setiap detik yang kau miliki menjadi butiran karya, jadikan setiap kata yang kau lepas dari pikiranmu sesuatu yang mampu mengubah kearah kebenaran, jadikan setiap hembusan nafasmu senantiasa menyebut nama Penciptamu. Bergeraklah terus, Allah swt pasti menilai setiap pengorbanan yang kita berikan untuk membangun peradaban.

Akan tiba masanya, para pembuat sejarah besar dunia akan berpandangan dan berkomunikasi dalam keheningan batinnya, mereka saling mengenal watak sesama pembuat sejarah, mereka berkompetisi memakmurkan bumi, mereka hanya hidup satu kali namun memberikan manfaat yang tak bertepi bagi dunia.

Dimanakah manusia-manusia ikhlas itu? Mereka yang berkarya tanpa pamrih, hanya Allah swt tujuannya. Dimanakah para pemberani itu? Mereka yang mengukir sejarah dengan keberaniannya untuk terus menggunakan sisa usianya dengan pengorbanan tulus untuk membangun peradaban.

Semua bergerak, bertahap, dan pasti. Orang-orang yang tidak berbuat apa-apa hanya akan meninggalkan batu nisan di kuburannya, mereka tidak pernah berkarya, oleh karena itu tak ada pula yang melanjutkan pikiran-pikirannya. Orang-orang yang hidup dalam pengorbanan yang dahsyat untuk menghasilkan suatu karya akan mendapatkan keabadian yang tak kalah dahsyatnya, abadi gagasan mutiaranya di bumi dan abadi kenikmatannya di surga. Ada dua modal penting untuk menjadi pembuat sejarah besar, yakni keikhlasan dan keberanian.

Tidak ada komentar: