Rabu, 03 April 2013

Hari Belum Terlarut Malam

Hari belum terlarut malam, bulanpun belum sepenuhnya keluar, tapi sepasang bola mata itu tampak telah begitu lelah. Sepasang mata itu tampaknya sudah sangat tertatih-tatih untuk menjaga agar tetap terjaga. Kelopak itu senantiasa tertarik jatuh meskipun ia berusaha mengangkatnya kembali.

Dalam pandangan yang kian menyempit itulah teringat akan wajah-wajah saudara. Ukhuwah yang melemah dan keakraban yang merapuh. Bukan karena waktu yang menyibukkan hingga sedikit waktu perjumpaan, tapi keadaan iman yang sedang mengerdil. Bahkan salam dan perjumpaan itu terasa menyakitkan.

Iman seperti teori erosi. Tanah yang tereosi akan kehilangan segala nutrisinya yang bisa disebabkan perubahan iklim dan sebagainya. Begitu pula dengan iman, apabila tidak disemai dan dipelihara dengan baik maka akan mudah terkikis dan tererosi oleh perubahan alam. Iman yang terkoyak itu akan membuat segalanya menjadi retak, termasuk dengan ikatan yang tadinya kuat mampu melemah.

Beginilah iman. Terkadang naik namun seringkali turun. Hanya pribadi itu sendiri yang bisa menyelamatkannya disamping campur tangan Alloh, pribadi itu sendiri yang harus menggenggam erat tangan untuk meyakinkan imannya. Ketika iman itu naik maka berusaha untuk tetap istiqomah itu yang terbaik. Namun ketika iman itu sedang melemah, sebisa mungkin membangkitkan ghiroh itu agar bisa naik lagi dan terus naik.

Tak ada yang otomatis. Bahkan penciptaan mikroba pun bukan sesuatu yang timbul secara tiba-tiba. Adanya biji itu karena tanaman, adanya tanaman karena ada yang menciptakan. Semua sudah direncanakan, termasuk juga dengan ukhuwah seseorang. Adanya ukhuwah karena adanya iman yang bersemayam dalam hati. Ada yang terlalu tinggi, ada yang terlalu rendah, ada pula yang menyejajari saudaranya. Apapun itu merupakan warna terindah dalam sejarah ukhuwah.

“ Sesungguhnya iman itu bisa menjadi lusuh dalam diri seorang dari kamu sebagaimana lusuhnya pakaian. Karena itu memohonlah kepada Alloh agar Dia memperbarui iman yang ada di dalam hatimu” (HR. At-Thabrani dan Al-Hakim)

Tidak ada komentar: