Hari belum terlarut malam, bulanpun belum sepenuhnya keluar, tapi sepasang bola mata itu tampak telah begitu lelah. Sepasang mata
itu tampaknya sudah sangat tertatih-tatih untuk menjaga agar tetap terjaga.
Kelopak itu senantiasa tertarik jatuh meskipun ia berusaha mengangkatnya
kembali.
Dalam pandangan yang kian menyempit
itulah teringat akan wajah-wajah
saudara. Ukhuwah yang melemah dan keakraban yang merapuh. Bukan karena waktu
yang menyibukkan hingga sedikit waktu perjumpaan, tapi keadaan iman yang sedang
mengerdil. Bahkan salam dan perjumpaan itu terasa menyakitkan.
Iman seperti
teori erosi. Tanah yang tereosi akan kehilangan segala nutrisinya yang bisa
disebabkan perubahan iklim dan sebagainya. Begitu pula dengan iman, apabila
tidak disemai dan dipelihara dengan baik maka akan mudah terkikis dan tererosi
oleh perubahan alam. Iman yang terkoyak itu akan membuat segalanya menjadi
retak, termasuk dengan ikatan yang tadinya kuat mampu melemah.
Beginilah
iman. Terkadang naik namun seringkali turun. Hanya pribadi itu sendiri yang
bisa menyelamatkannya disamping campur tangan Alloh, pribadi itu sendiri yang
harus menggenggam erat tangan untuk meyakinkan imannya. Ketika iman itu naik
maka berusaha untuk tetap istiqomah itu yang terbaik. Namun ketika iman itu sedang
melemah, sebisa mungkin membangkitkan ghiroh itu agar bisa naik lagi dan terus
naik.
Tak ada yang
otomatis. Bahkan penciptaan mikroba pun bukan sesuatu yang timbul secara
tiba-tiba. Adanya biji itu karena tanaman, adanya tanaman karena ada yang
menciptakan. Semua sudah direncanakan, termasuk juga dengan ukhuwah seseorang.
Adanya ukhuwah karena adanya iman yang bersemayam dalam hati. Ada yang terlalu
tinggi, ada yang terlalu rendah, ada pula yang menyejajari saudaranya. Apapun
itu merupakan warna terindah dalam sejarah ukhuwah.
“
Sesungguhnya iman itu bisa menjadi lusuh dalam diri seorang dari kamu
sebagaimana lusuhnya pakaian. Karena itu memohonlah kepada Alloh agar Dia
memperbarui iman yang ada di dalam hatimu” (HR. At-Thabrani dan Al-Hakim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar